Selasa, 28 Agustus 2018

Martin Luther


Hasil gambar untuk Reformasi Gereja


Martin Luther adalah anak dari Hans Luther, seorang pekerja tambang di daerah Mansfeld, Jerman. Atas keinginan ayahnya, Martin Luther mengambil jurusan hukum di Universitas Erfurt. Namun, ditengah masa studinya ditahun 1505, Luther tiba-tiba meninggalkan studinya dan masuk biara Augustinian untuk menjadi seorang biarawan. Luther memulai pencarian spiritual, keselamatan dunia akhirat, dan identitas pribadinya dalam aturan biara yang serba ketat dan disiplin. Dia belajar kajian-kajian teologis dan mempersiapkan diri untuk pentasbihan. Dalam menjalani kehidupan sebagai seorang biarawan, Luther mengalami keraguan tehadap konsep keselamatan dunia akhirat. Luther sangat mempercayai bahwasanya keselamatan hanya tergantung pada iman dan ketaqwaan seseorang, bukan dengan cara mempraktikkan pekerjaan-pekerjaan seperti berpartisipasi dalam misa, sakramen dsb. Dia mempercayai bahwa iman itu diberikan bukan melalui perantara siapapun melainkan langsung diberikan oleh Tuhan. Luther berpandangan bahwa Umat Kristiani dapat menemukan makna kehidupan di dunia hanya dengan membaca Alkitab.

          Pemikiran yang dikemukakan Luther menjadi kontroversi dikalangan sesama biarawan. Puncak kontroversi Luther terjadi ketika dia menempelkan 95 tesis di depan pintu gereja Wittenberg pada tahun 1517 M. Isi dari tesis tersebut adalah menentang seluruh gagasan mengenai penjualan surat pengampunan dosa yang dianggap korup dan tidak benar secara teologis. Luther menganggap bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui perbuatan baik. Tindakan ini ia lakukan karena sudah merasa sangat kesal atas praktik-praktik penyimpangan yang dilakukan oleh Gereja Roma atas Alkitab. Luther sangat marah karena ajaran Alkitab dinodai oleh orang-orang gereja, seperti adanya aktivitas Gereja Katolik yang menjual surat pengampunan dosa untuk menambah kas pembangunan Gereja Saint Peter di Roma. Pada tahun 1520 M Luther keluar dari anggota gereja dan membangun jemaat baru dan kemudian dia menerbitkan Address to the Chiristian Nobility of the Jerman Nation. Luther meminta Kaisar Roma dan para Pangeran Jerman mereformasi Gereja dan menghilangkan kesetian kepada Paus. Tindakan ini membuat pihak Gereja, Dewan Roma, dan Paus Leo X marah dan menolak semua keinginan Luther untuk mereformasi Gereja Roma dan sekaligus pelarangan atas ajarannya. Meski pihak Gereja sangat menolak gagasan Luther, tetapi orang-orang Jerman mendukung penuh gagasannya. Paus Leo X yang benci terhadap Luther mendesak kaum rohaniawan supaya mengkucilkan Luther, namun sebelum pengucilan terjadi, Kaisar Romawi Suci, Carles X memanggil Luther dan memintanya untuk mengakui kesalahannya, namun Luther tidak mau mengakuinya. Atas sikap Luther tersebut, maka dimulailah konfrontasi Luther dengan Kaisar Romawi Suci. Dibantu Oleh Frederick, Luther bersembunyi di Kastil Wartburg, dan disanalah ia menerjemahkan Injil Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Jerman.

Setelah mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg di kota Mainz Jerman pada tahun 1440, ajaran Martin Luther semakin cepat berkembang dan menyebar keluar Jerman. Ajaran Luther cepat menyebar karena gagasan pembaharuan yang dicetuskannya disukai banyak orang terutama golongan-golongan yang dirugikan oleh praktik-praktik keagamaan Gereja. Bangsawan Jerman sangat mendukung adanya Reformasi Gereja karena dilatar belakangi adanya keinginan Kaisar Romawi Suci, Carles V, untuk meluaskan wilayahnya ke Jerman dan juga karena adanya dominasi orang-orang Italia dalam pihak Gereja. Dikalangan petani, Luther dianggap sebagai pahlawan dan pembela kaum tertindas. Hal ini dikarenakan Luther sering mengkritik tindakan Pangeran dan Gereja yang menindas para petani. Karena tidak tahan lagi atas penindasan, maka pada tahun 1524 M, para petani melakukan pemberontakan terbuka kepada tuan-tuan tanah. Tindakan ini memunculkan kemarahan Luther yang pada dasarnya seorang konservatif politis yang ragu menentang otoritas sekuler. Luther dan bangsawan menyerang balik pemberontak tersebut dan memadamkannya. Konflik antara Luther dan Gereja Roma akhirnya selesai atas campur tangan Kaisar Carles V dengan melakukan perjanjian Augsburg (1555 M) yang memutuskan bahwa tiap pangeran memiliki hak untuk menentukan agama rakyatnya sendiri. Jerman Utara menjadi mayoritas protestan, Bavaria dan wilayah selatan lainya tetap mengikuti Katholik Roma.

Gerakan Reformasi Jerman menimbulkan semangat federalisme yang akan memunculkan benih-benih nasionalisme dikalangan bangsawan Jerman. Akibat dari dominasi Paus, Eropa mengalami disintegrasi dan membagi Eropa dalam beberapa Negara kecil. Maka kemudian timbul konsep "Hak Ketuhanan Raja", dimana mereka memiliki hak untuk memerintah dan warganya wajib mentaati. Luther menyebutkan bahwa sifat hak tersebut adalah sakral dan merupakan lembaga politik suci. Pemikiran inilah yang kemudian akan menumbuhkan benih-benih absolutisme baru (Royal Absolutism), dan berdampak serius pada praktik dan pemikiran politik Barat dikemudian hari. Selain Martin Luther, ada tokoh penting Reformasi Gereja di Eropa yaitu John Calvin dan Loyola. Konsep Reformasi Luther diterima dengan baik oleh teolog Prancis, John Calvin. Calvinlah yang berperan besar dalam penyebaran Reformasi Gereja diluar Jerman dan Skandinavia

Sumber : Laode, Mukmin. 2017. Reformasi Gereja. BauBau.

Kamis, 09 Agustus 2018

The Dark Ages


Periode Abad Pertengahan oleh para ahli sering dikonotasikan sebagai “Zaman Kegelapan Eropa”. Abad Pertengahan adalah sebutan bagi sebuah periode sejarah yang terjadi di kawasan Eropa Barat, kecuali wilayah Andalusia (Spanyol) yang masih berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah. Secara garis besar periode Abad Pertengahan dimulai ketika wilayah bekas kekuasaan Kerajaan Romawi Barat mulai bersatu pada abad ke-5 M, hingga dimulainya era Renaisans yang ditandai dengan dimulainya penjelajahan samudera, kebangkitan ilmu pengetahuan, dan kembalinya humanisme. Istilah Zaman Kegelapan muncul setelah perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan di kawasan Eropa mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran akibat dari kuatnya posisi gereja di segala bidang kehidupan masyarakat Eropa saat itu.

Tidak ada satupun masyarakat yang diperbolehkan menyebarkan pengaruhnya melebihi pengaruh gereja. Oleh karenanya pada masa ini tidak banyak menghasilkan tokoh-tokoh berpengaruh, terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan modern. Abad Pertengahan juga sering diartikan sebagai periode kekuasaan agama, karena agama sangat mendominasi kepentingan masyarakat Eropa. Segala hal yang tidak berhubungan dengan agama dianggap melanggar hukum. Hal itu semakin menghambat perkembangan ilmu pengetahuan empiris dan teori-teori baru. Masyarakat hanya mengandalkan teori lama yang diperbolehkan oleh gereja. Bahkan tidak sedikit hasil-hasil pengetahuan yang dianggap sebagai sihir dan akan menyesatkan jiwa manusia oleh gereja.

Pada masa itu, orang-orang Eropa tidak memiliki visi yang jelas untuk membangun peradaban mereka. Semua orang, tanpa terkecuali, dituntut untuk selalu berpegang pada dogma-dogma gereja, dan terdapat larangan untuk bertanya mengenai berbagai hal. Jika pihak gereja tidak mampu untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat, maka orang yang bertanya akan dianggap sesat dan akan disingkirkan. Segala tindakan gereja akan didukung oleh raja yang berkuasa, sehingga kedudukan gereja dapat disetarakan atau bahkan lebih tinggi dari pemerintahan istana. Zaman Kegelapan Eropa ini diperparah dengan tingkat intelektualitas masyarakat yang kian menurun. Tidak ada satu pun kaum terpelajar yang ingin meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat karena mereka sangat takut akan larangan dari pihak gereja.

Mereka banyak yang melakukan penyebaran ilmu pengetahuan secara sembunyi-sembunyi untuk kalangan tertentu saja. Periode “kebodohan” masyarakat Eropa ini bahkan sampai menyentuh pada hal-hal yang bersifat ilmiah, seperti ketika muncul sebuah wabah penyakit baru, maka masyarakat akan menganggap hal itu sebagai ancaman sihir dan harus ada pengorbanan untuk menghentikannya, baik itu mengorbankan nyawa manusia ataupun yang lainnya. Pada masa ini segala bentuk kebijakan pemerintah untuk urusan kenegaraan tidak diputuskan berdasarkan demokrasi parlemen, tetapi kebijakan negara akan diputuskan melalui rekomendasi dewan gereja. Sehingga mereka yang memiliki kedudukan di dalam gereja menjadi sangat makmur secara ekonomi. Tidak seperti masyarakat biasa yang sangat kesulitan untuk bertahan hidup. Zaman Kegelapan Eropa menjadi sebuah kecacatan dalam peradaban Eropa, di saat peradaban Islam sangat maju di bawah Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.

Sumber : Alvarendra. 2017. Sejarah Dunia. Yogyakarta: Brilliant Book