![Hasil gambar untuk Reformasi Gereja](https://entay.files.wordpress.com/2013/10/luthertheses.jpg)
Martin
Luther adalah anak dari Hans Luther, seorang pekerja tambang di daerah Mansfeld, Jerman. Atas
keinginan ayahnya, Martin Luther mengambil jurusan hukum di Universitas Erfurt. Namun, ditengah masa studinya ditahun 1505, Luther tiba-tiba meninggalkan studinya dan masuk biara Augustinian untuk menjadi seorang biarawan. Luther memulai pencarian spiritual, keselamatan dunia akhirat, dan identitas pribadinya dalam aturan biara yang serba ketat dan disiplin. Dia belajar kajian-kajian teologis dan mempersiapkan
diri untuk pentasbihan. Dalam
menjalani kehidupan sebagai seorang biarawan, Luther mengalami keraguan tehadap konsep
keselamatan dunia akhirat. Luther sangat mempercayai bahwasanya keselamatan hanya tergantung
pada iman dan ketaqwaan seseorang, bukan dengan cara mempraktikkan pekerjaan-pekerjaan seperti berpartisipasi
dalam misa, sakramen dsb. Dia mempercayai bahwa iman itu diberikan bukan
melalui perantara siapapun melainkan langsung diberikan oleh Tuhan. Luther berpandangan
bahwa Umat Kristiani dapat menemukan makna kehidupan di dunia hanya dengan
membaca Alkitab.
Pemikiran yang dikemukakan Luther menjadi kontroversi dikalangan sesama biarawan. Puncak kontroversi Luther terjadi ketika dia menempelkan 95 tesis di depan pintu gereja Wittenberg pada tahun 1517 M. Isi dari tesis tersebut adalah menentang seluruh gagasan mengenai penjualan surat pengampunan dosa yang dianggap korup dan tidak benar secara teologis. Luther menganggap bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui perbuatan baik. Tindakan ini ia lakukan karena sudah merasa sangat kesal atas praktik-praktik penyimpangan yang dilakukan oleh Gereja Roma atas Alkitab. Luther sangat marah karena ajaran Alkitab dinodai oleh orang-orang gereja, seperti adanya aktivitas Gereja Katolik yang menjual surat pengampunan dosa untuk menambah kas pembangunan Gereja Saint Peter di Roma. Pada tahun 1520 M Luther keluar dari anggota gereja dan membangun jemaat baru dan kemudian dia menerbitkan Address to the Chiristian Nobility of the Jerman Nation. Luther meminta Kaisar Roma dan para Pangeran Jerman mereformasi Gereja dan menghilangkan kesetian kepada Paus. Tindakan ini membuat pihak Gereja, Dewan Roma, dan Paus Leo X marah dan menolak semua keinginan Luther untuk mereformasi Gereja Roma dan sekaligus pelarangan atas ajarannya. Meski pihak Gereja sangat menolak gagasan Luther, tetapi orang-orang Jerman mendukung penuh gagasannya. Paus Leo X yang benci terhadap Luther mendesak kaum rohaniawan supaya mengkucilkan Luther, namun sebelum pengucilan terjadi, Kaisar Romawi Suci, Carles X memanggil Luther dan memintanya untuk mengakui kesalahannya, namun Luther tidak mau mengakuinya. Atas sikap Luther tersebut, maka dimulailah konfrontasi Luther dengan Kaisar Romawi Suci. Dibantu Oleh Frederick, Luther bersembunyi di Kastil Wartburg, dan disanalah ia menerjemahkan Injil Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Jerman.
Pemikiran yang dikemukakan Luther menjadi kontroversi dikalangan sesama biarawan. Puncak kontroversi Luther terjadi ketika dia menempelkan 95 tesis di depan pintu gereja Wittenberg pada tahun 1517 M. Isi dari tesis tersebut adalah menentang seluruh gagasan mengenai penjualan surat pengampunan dosa yang dianggap korup dan tidak benar secara teologis. Luther menganggap bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui perbuatan baik. Tindakan ini ia lakukan karena sudah merasa sangat kesal atas praktik-praktik penyimpangan yang dilakukan oleh Gereja Roma atas Alkitab. Luther sangat marah karena ajaran Alkitab dinodai oleh orang-orang gereja, seperti adanya aktivitas Gereja Katolik yang menjual surat pengampunan dosa untuk menambah kas pembangunan Gereja Saint Peter di Roma. Pada tahun 1520 M Luther keluar dari anggota gereja dan membangun jemaat baru dan kemudian dia menerbitkan Address to the Chiristian Nobility of the Jerman Nation. Luther meminta Kaisar Roma dan para Pangeran Jerman mereformasi Gereja dan menghilangkan kesetian kepada Paus. Tindakan ini membuat pihak Gereja, Dewan Roma, dan Paus Leo X marah dan menolak semua keinginan Luther untuk mereformasi Gereja Roma dan sekaligus pelarangan atas ajarannya. Meski pihak Gereja sangat menolak gagasan Luther, tetapi orang-orang Jerman mendukung penuh gagasannya. Paus Leo X yang benci terhadap Luther mendesak kaum rohaniawan supaya mengkucilkan Luther, namun sebelum pengucilan terjadi, Kaisar Romawi Suci, Carles X memanggil Luther dan memintanya untuk mengakui kesalahannya, namun Luther tidak mau mengakuinya. Atas sikap Luther tersebut, maka dimulailah konfrontasi Luther dengan Kaisar Romawi Suci. Dibantu Oleh Frederick, Luther bersembunyi di Kastil Wartburg, dan disanalah ia menerjemahkan Injil Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Jerman.
Setelah
mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg di kota Mainz Jerman pada tahun
1440, ajaran Martin Luther semakin cepat berkembang dan menyebar keluar Jerman.
Ajaran Luther cepat menyebar karena gagasan pembaharuan yang dicetuskannya
disukai banyak orang terutama golongan-golongan yang dirugikan oleh
praktik-praktik keagamaan Gereja. Bangsawan Jerman sangat mendukung adanya
Reformasi Gereja karena dilatar belakangi adanya keinginan Kaisar Romawi Suci,
Carles V, untuk meluaskan wilayahnya ke Jerman dan juga karena adanya dominasi
orang-orang Italia dalam pihak Gereja. Dikalangan petani, Luther dianggap
sebagai pahlawan dan pembela kaum tertindas. Hal ini dikarenakan Luther sering
mengkritik tindakan Pangeran dan Gereja yang menindas para petani. Karena tidak
tahan lagi atas penindasan, maka pada
tahun 1524 M, para petani melakukan pemberontakan terbuka kepada tuan-tuan
tanah. Tindakan ini memunculkan kemarahan Luther yang pada dasarnya seorang
konservatif politis yang ragu menentang otoritas sekuler. Luther dan bangsawan
menyerang balik pemberontak tersebut dan memadamkannya. Konflik antara Luther
dan Gereja Roma akhirnya selesai atas campur tangan Kaisar Carles V dengan
melakukan perjanjian Augsburg (1555 M) yang memutuskan bahwa tiap pangeran memiliki hak untuk menentukan
agama rakyatnya sendiri. Jerman Utara menjadi mayoritas protestan, Bavaria dan wilayah
selatan lainya tetap mengikuti Katholik Roma.
Gerakan
Reformasi Jerman menimbulkan semangat federalisme yang akan memunculkan
benih-benih nasionalisme dikalangan bangsawan Jerman. Akibat dari dominasi
Paus, Eropa mengalami disintegrasi dan membagi Eropa dalam beberapa Negara
kecil. Maka kemudian timbul konsep "Hak Ketuhanan Raja", dimana mereka memiliki
hak untuk memerintah dan warganya wajib mentaati. Luther menyebutkan bahwa
sifat hak tersebut adalah sakral dan merupakan lembaga politik suci. Pemikiran
inilah yang kemudian akan menumbuhkan benih-benih absolutisme baru (Royal
Absolutism), dan berdampak serius pada praktik dan pemikiran politik Barat
dikemudian hari. Selain Martin Luther, ada tokoh penting Reformasi Gereja
di Eropa yaitu John Calvin dan Loyola. Konsep Reformasi Luther diterima dengan
baik oleh teolog Prancis, John Calvin. Calvinlah yang berperan besar dalam
penyebaran Reformasi Gereja diluar Jerman dan Skandinavia
Sumber : Laode, Mukmin. 2017. Reformasi Gereja. BauBau.