Jumat, 23 April 2021

Asal usul nenek moyang Bangsa indonesia (Melanesoid, Proto-Melayu, dan Deutro-Melayu)

Penduduk asli kepulauan Indonesia menurut Sarasin bersaudara adalah ras berkulit gelap dan bertubuh kecil. Mulanya mereka tinggal di Asi bagian tenggara. Namun, ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa sehingga memisahkan penggunungan vulkanik kepulauan Indonesia dari daratan utama. Setelah itu, beberapa penduduk asli kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Oleh Sarasin, penduduk asli tersebut disebut sebagai suku bangsa Vedda. Ras yang masuk dalam kelompok tersebut, seperti suku bangsa Hieng di Kamboja, suku bangsa Miaotse Yao-Jen di Cina, dan suku bangsa Senoi di Semenanjung Malaya. Para pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Para pendatang tersebut datang dalam dua tahap. Oleh Sarasin para pendatang tersebut disebut sbagai Proto-Melayu dan Deutro Melayu. Kedatangan Proto-Melayu dan Deutro Melayu terpisah dan diperkirakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.

1. Melanesoid

        Selain Proto-Melayu dan Deutro Melayu, di Indonesia juga ada ras lain yaitu ras Melanesoid. Ras Melanesoid tersebar di Lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan Benua Australia. Ras Melanesoid di kepulauan Indonesia tinggal di Papua. Suku bangsa Melanesoid menurut Daldjoeni sekitar 70% menetap di Papua dan yang 30% tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua Nugini. Pada awalnya, kedatangan bangsa Melanesoid di Papua berawal ketika zaman es berakhir (tahun 70000 SM). Ketika itu kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal dan air laut menjadi beku, maka permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan dengan permukaan saat ini. Pada saat tersebut muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau baru tersebut memudahkan makhluk hidup berpindah dari Asia menuju ke kawasan Oseania. Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga sampai ke Papua dan kemudian ke Benua Australia yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungkan dengan Papua. Pada waktu itu, bangsa Melanesoid mencapai 100 jiwa yang meliputi wilayah Papua dan Australia. Pada waktu masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 SM, kepulauan Papua dan Benua Australia terpisah seperti yang kita lihat saat  ini. Adapun asal mula bangsa Melanesoid adalah Proto Melanesoid. Proto Melanesoid tersebut adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada waktu itu. Manusia Wajak di Papua hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai. Manusia Wajak tersebut hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggalnya berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Sebenarnya rumah tersebut hanya kemah atau tadah angina yang sering menempel pada dinding gua yang besar. Kemah atau tadah angina tersebut hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan untuk berlindung, sedangkan untuk aktivitas yang lain dilakukan di luar rumah. Setelah itu, bangsa Proto Melanesoid terdesak oleh bangsa Melayu. Bangsa Proto Melanesoid yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan pencampuran dengan bangsa Melayu. Pencampuran kedua bangsa tersebut menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu yang saat ini merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

2. Proto-Melayu

         Diperkirakan Proto-Melayu datang dari Cina bagian selatan. Proto-Melayu tersebut diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai ke pulau-pulau paling timur di Pasifik. Ras Melayu tersebut mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecokelat-cokelatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan), Proto-Melayu berimigrasi ke Indocina dan ke Siam, kemudian ke kepulauan Indonesia. Mula-mula Proto-Melayu tersebut menempati pantai-pantai Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Di Kepulauan Indonesia, Proto-Melayu membawa peradaban batu. Pada waktu datang para imigran baru (Deutro Melayu atau ras Melayu Muda), Proto-Melayu berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan-hutan untuk tempat hunian. Kedatangan Proto-Melayu terisolasi dari dunia luar dan peradaban mereka memudar. Setelah itu, antara penduduk asli dan Proto-Melayu melebur dan mereka kemudian menjadi suku bangsa Batak, suku bangsa Dayak, suku bangsa Toraja, suku bangsa Alas, dan suku bangsa Gayo. Adanya kehidupan ras Proto-Melayu yang terisolasi menyababkan ras Proto-Melayu sedikit mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu maupun kebudayaan Islam di kemudian hari. Kelak para ras Proto-Melayu mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru. Adanya persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari kepulauan Indonesia. Sementara suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan Malaka Barat. Sebagai bukti, terdapat beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Karen di Burma (Myanmar) yang banyak mengandung kemiripan dengan bahasa Batak.

3. Deutro Melayu

         Deutro Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian selatan. Di kepulauan Indonesia, Deutro Melayu membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi (kebudayaan Dongson, Vietnam). Deutro Melayu sering disebut dengan orang-orang Dongson. Bila dibandingkan dengan ras Proto-Melayu, peradaban Deutro Melayu lebih tinggi. Deutro Melayu membuat perkakas dari perunggu. Peradaban Deutro Melayu ditandai dengan keahlian mereka mengerjakan logam dengan teknik a cire perdue dan bivalve secara sempurna. Perpindahan Deutro Melayu ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang ditinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia. Alat yang mereka tinggalkan berupa kapak persegi panjang. Peradaban tersebut dapat dijumpai di Malaka, Sumatra, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur. Dalam bidang pengolahan tanah, Deutro Melayu mempunyai kemampuan membuat irigasi di tanah-tanah pertanian. Sebelum mereka membuat irigasi, mereka terlebih dahulu membabat hutan. Selain itu, ras Deutro Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran yang lebih maju bila dibandingkan dengan pendahulunya. Hal tersebut karena petualangan yang dilakukan Deutro Melayu sebagai pelaut dan dibantu dengan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan yang dilakukan Deutro Melayu ada juga yang menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagian dari ras Deutro Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang, bahkan ada yang hingga ke Madagaskar. Kedatangan ras Deutro Melayu semakin lama semakin banyak di kepulauan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, Proto Melayu dan Deutro Melayu membaur dan kemudian menjadi penduduk di kepulauan Indonesia.


Sumber : 

https://gramedia.com

https://sumbersejarah1.blogspot.com



Sabtu, 03 Oktober 2020

Sabtu, 09 Maret 2019

Evolusi dalam Sejarah


1. Pengertian Evolusi
Evolusi pada dasarnya adalah suatu proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan pada makhluk hidup. Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya ide tentang teori evolusi telah berakar sejak jaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin tentang evolusi yang terjadi karena seleksi alam, adalah teori yang terbaik yang dapat menjelaskan dan kemungkinan besar akan tetap begitu di masa depan. Carolus linneaus, penggagas sistem penggolongan biologi modern, menunjukkan bahwa seluruh kehidupan didunia dapat diatur dalam tingkatan yang, apabila digambarkan dalam bentuk diagram, menyerupai silsilah. Setelah Linnaeus, para naturalis sering menanggap bahwa makhluk hidup saling 'berkerabat' namun mereka belum tahu apa penyebabnya.
Menurut Herbert Spencer, Seluruh pemikirannya berpusat pada teori evolusi. Dalam hal itu, ia mendahului Charles Darwin. Menurutnya kita hanya bisa mengenal fenomena-fenomena atau gejala-gejala saja. Memang benar, dibelakang gejala-gejala terdapat suatu dasar absolut, tetapi yang absolut itu tidak dapat dikenal. Beliau mengartikan evolusi secara mekanistis, yang berarti bahwa hukum-hukum gerak mengakibatkan bagian-bagian materiil mencapai diferensiasi dan integrasi yang semakin besar. Menurutnya, tidak dapat dikatakan bahwa evolusi dunia terarah kepada suatu tujuan tertentu. Ia berpendapat bahwa “evolution” selalu merupakan puncak dari suatu proses,  lalu disusul oleh “dissolution” (penghancuran). Kenyataan yang real atau nyata dapat dianggap sebagai proses yang tak henti-hentinya, di mana materi dan gerak yang sama selalu disusun kembali, jika puncak evolusinya sudah dilewati. Dalam evolusi biologis, terdapat dua macam evolusi, yakni :
Evolusi Progresif : Evolusi yang menuju pada kemungkinan dapat bertahan hidup.
Evolusi Regresif (retrogresif) : Evolusi yang menuju pada kemungkinan menjadi punah.

2. Teori evolusi biologis dari para tokoh :
a)  Jean Baptise Lamarck
Idenya mengenai evolusi, dituangkan didalam sebuah buku yang berjudul "Philosophic zoologique". Dalam buku tersebut, Lamarck mengungkapkan : “Alam sekitar/lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri atau sifat yang diwariskan. Ciri-ciri/sifat tersebut akan diwariskan kepada keturunannya. Organ yang sering digunakan akan berkembang, sedangkan apabila tidak digunakan akan mengalami kemunduran bahkan hilang
Contoh : Lamarck berpendapat bahwa dahulu, jerapah memiliki leher yang pendek. Bagi keturunan jerapah yang dapat beradaptasi baik dengan lingkungan (dapat mengambil makanan di pohon yang tinggi),  leher jerapah akan berkembang menjadi lebih panjang. Jerapah yang telah beradaptasi menjadi leher panjang tersebut, akan mewariskan sifat-sifat tersebut kepada keturunannya. Namun sebaliknya, bagi keturunan jerapah yang tidak dapat beradaptasi baik dengan lingkungan, maka ia akan mengalami kemunduran. 

b) Charles Darwin
Charles Darwin juga menerbitkan sebuah buku mengenai asal mula spesies pada tahun 1859, dengan judul "on the ofiginof species by means of natural selection" atau "the preservation of favored races in the struggle for life". Mengenai Evolusi, Darwin berpendapat :
Dasar evolusi organik bukan dari adaptasi lingkungan, melainkan karena seleksi alam dan seksual. Seleksi alam berupa "pertarungan" dalam kehidupan, yang kuat akan terus hidup dan Setiap populasi berkecenderungan untuk tumbuh banyak karena proses bereproduksi. Untuk berkembang biak, diperlukan adanya makanan dan ruang yang cukup.

c) Count De Buffen
Menyatakan bahwa variasi-variasi kecil yang terjadi karena pengaruh alam sekitar yang diwariskan. Dengan demikian, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan akan menyebabkan terjadinya variasi yang mengarah pada terbentuknya spesies baru.

d) Anaximender
Bumi pada awalnya merupakan lautan, lalu berkembang menjadi daratan. Para makhluk hidup aquatik pun termodifikasi sehingga dapat hidup di darat. Pada manusia, terdapat masa "part fish" dan "part human" yang disebut merman dan mermaid. penampilan seperti ikan ini ada pada masa dalam kandungan bayi selama proses perkembangan. Kemudian, penampilan tersebut akan hilang pada manusia dewasa. Evolusi dapat berlangsung karena :
1) Mutasi : Adalah perubahan materi genetik (gen/kromosom) yang dapat diwariskan secara genetik kepada keturunannya. Mutasi ini akan menghasilkan alel baru, kemudian melalui proses perkawinan (kombinasi) akan menghasilkan varietas baru. 
2) Seleksi Alam : Seleksi terhadap anggota populasi sehingga anggota yang kuat dan sehat yang dapat bertahan hidup. (teori Darwin : "survival of the fittest")

3. Evolusi dan Perubahan dalam Sejarah
Kehidupan sosial manusia mengalami perkembangan dan perubahan, juga berangsur-angsur semakin cepat dan kuat. Itulah sebabnya sejarah kehidupan sosial manusia, dari sudut-sudut yang berbeda, terbagi menjadi periode-periode, dan antara periode yang satu dan yang lain ada perbedaannya. Misal, dari sudut pandang sarana penghidupan, dibagi menjadi periode berburu, periode bertani, dan periode industri, lalu dari sudut pandang sistem ekonomi, dibagi menjadi periode komunisme primitif, periode perbudakan, periode feodalisme, periode kapitalisme dan periode sosialisme, kemudian dari sudut pandang politik, dibagi menjadi periode kekuasaan suku-suku, periode despotisme, periode aristokrasi, periode demokrasi, dan seterusnya. Dapat dikatakan bahwa perubahan ini merupakan bentuk dari evolusi sosial/ historis. Namun, sebagian sosiolog ragu kalau perubahan yang terjadi bisa disebut kemajuan atau evolusi. Sebagian sosiolog lainnya berpendapat bahwa sejarah bergerak melingkar. Menurut mereka, sejarah bergerak dari satu titik, dan setelah melewati beberapa tahap, sampai lagi pada titik yang sama, dan kemudian sekali lagi mulai bergerak dengan cara seperti sebelumnya. Misal, sistem suku dibentuk oleh suku pengembara yang memiliki kemauan dan keberanian. Pemerintahan suku melahirkan aristokrasi. Perbuatan diktatorial pemerintah aristokrasi berpuncak pada revolusi umum dan berdirinya demokrasi. Kemudian kekacauan yang terjadi akibat terlalu banyak kebebasan yang diberikan oleh pemerintah demokratis, sekali lagi melahirkan despotisme bersemangatkan suku.

Daftar Pustaka
George Ritzer dan Douglas J Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern (Edisi VI). Jakarta : Kencana
Hendra, Najip, “Herbert Spencer, Peletak Dasar Teori Evolusi Universal”, dalam http://ahmadnajip.wordpress.com/xmlrpc.php (diakses 2/12/2014, pukul 18:24)
Mayr. Ernst W. 2001. Evolusi. Jakarta: PT. Gramedia.


Senin, 26 November 2018

Lawrence of Arabia



Dari sudut pandang Turki, Lawrence adalah seorang mata-mata Inggris yang diutus untuk menghasut bangsa Arab agar memberontak kepada kesultanan Turki saat itu. Inggris, Perancis, dan Arab kala itu sama-sama memiliki kepentingan dengan hancurnya kesultanan Turki. Inggris dan Prancis ingin memperluas daerah pendudukannya sekaligus menghancurkan satu-satunya kekuatan Islam yang menentang penjajahan yang mereka lakukan, sedangkan bangsa Arab ingin kembali menguasai seluruh jazirah Arab, khususnya daerah Hijaz yang sempat dikuasai oleh Dinasti Saud I yang berpaham Wahabi pada awal abad IX. Berdirinya kerajaan Saudi dengan bantuan Inggris bukanlah sebuah isu atau sebuah fitnah, itu adalah sebuah bukti sejarah yang memiliki penafsiran yang berbeda-beda bergantung pada siapa yang menilai, dan berada di pihak mana.

Craig Unger, mantan deputi direktur New York Observer di dalam karyanya yang sangat berani berjudul “Dinasty Bush Dinasty Saud” (2004) memaparkan kelakuan beberapa oknum di dalam tubuh kerajaan negeri itu, bahkan di antaranya termasuk para pangeran dari keluarga kerajaan. “Pangeran Bandar yang dikenal sebagai ‘Saudi Gatsby’ dengan ciri khas janggut dan jas rapih, adalah anggota kerajaan Dinasti Saudi yang bergaya hidup Barat, berada di kalangan jetset, dan belajar di Barat. Bandar selalu mengadakan jamuan makan mewah di rumahnya yang megah di seluruh dunia. Kapan pun ia bisa pergi dengan aman dari Arab Saudi dan dengan entengnya melabrak batas-batas aturan seorang Muslim. Ia biasa minum Brandy dan menghisap cerutu Cohiba,” tulis Unger. Bandar, tambah Unger, merupakan contoh perilaku dan gaya hidup sejumlah oknum syaikh yang berada di lingkungan kerajaan Arab Saudi. Di mulut, para syaikh-syaikh itu biasa mencaci maki Zionis-Israel dan Amerika, tetapi mata dunia melihat banyak di antara mereka yang berkawan akrab dan bersekutu dengannya. Siapa pun tak kan bisa menyangkal bahwa Kerajaan Saudi amat dekat—jika tidak bisa dikatakan sekutu terdekat—dengan Amerika Serikat.

Kebijakan-kebijakan pro-barat yang diambil pihak Kerajaan Saudi sesungguhnya tidak mengejutkan bagi yang tahu latar belakang berdirinya Kerajaan Saudi Arabia itu sendiri. Dalam sebuah film yang dirilis tahun 1962 berjudul ‘Lawrence of Arabia’ dikisahkan tentang peranan seorang letnan dari pasukan Inggris bernama lengkap Thomas Edward Lawrence, anak buah dari Jenderal Allenby (jenderal ini ketika merebut Yerusalem menginjakkan kakinya di atas makam Salahuddin Al-Ayyubi dan dengan lantang berkata, “Hai Saladin, hari ini telah kubalaskan dendam kaumku dan telah berakhir Perang Salib dengan kemenangan kami!”). Dalam film ini, Lawrence digambarkan menyuarakan persatuan kepada bangsa Arab yang saat itu masih terpecah belah. Kehidupan mereka masih berputar antara gurun pasir dan sumur, bahkan peperangan antar suku kadang masih terjadi. Lawrence datang memberikan kesadaran kepada mereka bahwa mereka adalah bangsa yang bersatu, bukan lagi bangsa yang terpecah belah oleh suku-suku. Untuk memecah belah dunia Islam dan melemahkannya, Lawrence menekankah bahwa Nasionalisme lebih penting daripada Ukhuwah Islamiyah.

Film ini memang agak kontroversial, ada yang membenarkan namun ada juga yang menampiknya. Namun produsernya yg bernama Sam Spiegel mengaku bahwa film ini diangkat dari kejadian nyata, yang bertutur dengan jujur tentang siapa yang berada di balik berdirinya Kerajaan Saudi Arabia. Jazirah Arab yg kala itu merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, sebuah kekhalifahan umat Islam dunia terakhir yang pada masanya berhubungan erat dengan Kesultanan Aceh. Inggris yang kala itu berhasrat untuk menghancurkan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah sebagai simbol persatuan dan pemimpin dunia Islam, mengalami kesulitan untuk menghancurkannya melalui sebuah peperangan terbuka. Inggris pun berinisiatif untuk menggerogoti Kekhalifahan Turki Utsmaniyah dari dalam, dengan menyusupkan salah seorang tentaranya yg bernama Lawrence. Dengan usaha yang keras, akhirnya Lawrence bisa menyatukan suku-suku Arab yg dipimpin oleh klan Saud dan meyakinkan mereka untuk melakukan pemberontakan (bughot) terhadap kedaulatan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah sebagai entitas pemimpin dunia Islam kala itu. Lawrence bersama pasukan Arab bersatu mulai melakukan pemberontakan dan berhasil menguasai kota `Aqabah, sebuah kota yang menjadi basis pertahanan laut bagi Kesultanan Turki. Dengan dikuasainya kota itu, maka terbukalah jalan bagi pasukan Inggris untuk lebih masuk ke dalam jantung pertahanan Kesultanan Turki. Tak lama setelah itu, pasukan Arab bersama pasukan Inggris berhasil menguasai kota Damaskus dan terus merongrong kedaulatan Turki Utsmaniyah hingga akhirnya Kekhalifahan Islam terakhir itu runtuh pada tahun 1924. 

       Sejarahwan Inggris, Martin Gilbert, di dalam tulisannya “Lawrence of Arabia was a Zionist” seperti yang dimuat di Jerusalem Post edisi 22 Februari 2007, menyebut Lawrence sebagai agen Zionisme. Sejarah pun mencatat, hancurnya Kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1924 merupakan akibat dari infiltrasi Zonisme setelah Sultan Mahmud II menolak keinginan Theodore Hertzl untuk menyerahkan wilayah Palestina untuk bangsa Zionis-Yahudi. Operasi penghancuran Kekhalifahan Turki Utsmani dilakukan Zionis bersamaan waktunya dengan dukungan yg diberikan terhadap pemberontakan Klan Saud melawan Kekalifahan Utsmaniyah, lewat Lawrence of Arabia, dan menghancurkannya dari dalam. Nantinya, pasca berhasil dipecah-belah, wilayah Palestina yg diduduki oleh Inggris diberikan secara cuma-cuma kepada bangsa Zionis-Yahudi, yang sekarang menjadi negara Israel.

      Sebagai penguasa Jazirah Arab dan Hijaz, Kerajaan Saudi Arabia seharusnya menjadi pemimpin bagi Dunia Islam dalam segala hal yang menyangkut keIslaman. Pemimpin dalam menyebarkan dakwah Islam, sekaligus pemimpin Dunia Islam dalam menghadapi serangan kaum kuffar yang terus-menerus melakukan serangan terhadap agama Allah dalam berbagai bentuk, baik dalam hal Al-Ghawz Al-Fikri (serangan pemikiran dan kebudayaan) maupun serangan Qital. Saudi Arabia seyogyanya menjadi pelindung bagi Muslim Palestina, Muslim Afghanistan, Muslim Irak, Muslim Pattani, Muslim Rohingya, Muslim Bosnia, Muslim Azebaijan, Muslim Yaman, dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Tapi yang terjadi dalam realitas sesungguhnya, mungkin masih jadi pertanyaan banyak pihak. Karena harapan itu masih jauh dari kenyataan. Bahkan di Yaman, dengan tragisnya krisis kemanusiaan yang terjadi di sana, Saudi tetap bersikukuh melanjutkan blokade dan penyerangan, tanpa memperdulikan jatuhnya korban dari pihak sipil, yg kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak. Selain film ‘Lawrence of Arabia’, ada beberapa buku yang bisa menggambarkan hal ini yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Antara lain:

1.      Wa’du Kissinger (Belitan Amerika di Tanah Suci, Membongkar Strategi AS Menguasai Timur Tengah, karya DR. Safar Al-Hawali—mantan Dekan Fakultas Akidah Universitas Ummul Quro Makkah, yang dipecat dan ditahan setelah menulis buku ini, yang edisi Indonesianya diterbitkan Jazera, 2005)

2.      Dinasti Bush Dinasti Saud, Hubungan Rahasia Antara Dua Dinasti Terkuat Dunia (Craig Unger, 2004, edisi Indonesianya diterbitkan oleh Diwan, 2006)

3.      Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (George Lenczowski, 1992)

4.      History oh the Arabs (Philip K. Hitti, 2006)

Sumber : eramuslim.com, Hasan, Fahmi. 2015. Lawrence of Arabia dan Objektivitas Catatan Sejarah. Jakarta : Kompas

Selasa, 28 Agustus 2018

Martin Luther


Hasil gambar untuk Reformasi Gereja


Martin Luther adalah anak dari Hans Luther, seorang pekerja tambang di daerah Mansfeld, Jerman. Atas keinginan ayahnya, Martin Luther mengambil jurusan hukum di Universitas Erfurt. Namun, ditengah masa studinya ditahun 1505, Luther tiba-tiba meninggalkan studinya dan masuk biara Augustinian untuk menjadi seorang biarawan. Luther memulai pencarian spiritual, keselamatan dunia akhirat, dan identitas pribadinya dalam aturan biara yang serba ketat dan disiplin. Dia belajar kajian-kajian teologis dan mempersiapkan diri untuk pentasbihan. Dalam menjalani kehidupan sebagai seorang biarawan, Luther mengalami keraguan tehadap konsep keselamatan dunia akhirat. Luther sangat mempercayai bahwasanya keselamatan hanya tergantung pada iman dan ketaqwaan seseorang, bukan dengan cara mempraktikkan pekerjaan-pekerjaan seperti berpartisipasi dalam misa, sakramen dsb. Dia mempercayai bahwa iman itu diberikan bukan melalui perantara siapapun melainkan langsung diberikan oleh Tuhan. Luther berpandangan bahwa Umat Kristiani dapat menemukan makna kehidupan di dunia hanya dengan membaca Alkitab.

          Pemikiran yang dikemukakan Luther menjadi kontroversi dikalangan sesama biarawan. Puncak kontroversi Luther terjadi ketika dia menempelkan 95 tesis di depan pintu gereja Wittenberg pada tahun 1517 M. Isi dari tesis tersebut adalah menentang seluruh gagasan mengenai penjualan surat pengampunan dosa yang dianggap korup dan tidak benar secara teologis. Luther menganggap bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui perbuatan baik. Tindakan ini ia lakukan karena sudah merasa sangat kesal atas praktik-praktik penyimpangan yang dilakukan oleh Gereja Roma atas Alkitab. Luther sangat marah karena ajaran Alkitab dinodai oleh orang-orang gereja, seperti adanya aktivitas Gereja Katolik yang menjual surat pengampunan dosa untuk menambah kas pembangunan Gereja Saint Peter di Roma. Pada tahun 1520 M Luther keluar dari anggota gereja dan membangun jemaat baru dan kemudian dia menerbitkan Address to the Chiristian Nobility of the Jerman Nation. Luther meminta Kaisar Roma dan para Pangeran Jerman mereformasi Gereja dan menghilangkan kesetian kepada Paus. Tindakan ini membuat pihak Gereja, Dewan Roma, dan Paus Leo X marah dan menolak semua keinginan Luther untuk mereformasi Gereja Roma dan sekaligus pelarangan atas ajarannya. Meski pihak Gereja sangat menolak gagasan Luther, tetapi orang-orang Jerman mendukung penuh gagasannya. Paus Leo X yang benci terhadap Luther mendesak kaum rohaniawan supaya mengkucilkan Luther, namun sebelum pengucilan terjadi, Kaisar Romawi Suci, Carles X memanggil Luther dan memintanya untuk mengakui kesalahannya, namun Luther tidak mau mengakuinya. Atas sikap Luther tersebut, maka dimulailah konfrontasi Luther dengan Kaisar Romawi Suci. Dibantu Oleh Frederick, Luther bersembunyi di Kastil Wartburg, dan disanalah ia menerjemahkan Injil Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Jerman.

Setelah mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg di kota Mainz Jerman pada tahun 1440, ajaran Martin Luther semakin cepat berkembang dan menyebar keluar Jerman. Ajaran Luther cepat menyebar karena gagasan pembaharuan yang dicetuskannya disukai banyak orang terutama golongan-golongan yang dirugikan oleh praktik-praktik keagamaan Gereja. Bangsawan Jerman sangat mendukung adanya Reformasi Gereja karena dilatar belakangi adanya keinginan Kaisar Romawi Suci, Carles V, untuk meluaskan wilayahnya ke Jerman dan juga karena adanya dominasi orang-orang Italia dalam pihak Gereja. Dikalangan petani, Luther dianggap sebagai pahlawan dan pembela kaum tertindas. Hal ini dikarenakan Luther sering mengkritik tindakan Pangeran dan Gereja yang menindas para petani. Karena tidak tahan lagi atas penindasan, maka pada tahun 1524 M, para petani melakukan pemberontakan terbuka kepada tuan-tuan tanah. Tindakan ini memunculkan kemarahan Luther yang pada dasarnya seorang konservatif politis yang ragu menentang otoritas sekuler. Luther dan bangsawan menyerang balik pemberontak tersebut dan memadamkannya. Konflik antara Luther dan Gereja Roma akhirnya selesai atas campur tangan Kaisar Carles V dengan melakukan perjanjian Augsburg (1555 M) yang memutuskan bahwa tiap pangeran memiliki hak untuk menentukan agama rakyatnya sendiri. Jerman Utara menjadi mayoritas protestan, Bavaria dan wilayah selatan lainya tetap mengikuti Katholik Roma.

Gerakan Reformasi Jerman menimbulkan semangat federalisme yang akan memunculkan benih-benih nasionalisme dikalangan bangsawan Jerman. Akibat dari dominasi Paus, Eropa mengalami disintegrasi dan membagi Eropa dalam beberapa Negara kecil. Maka kemudian timbul konsep "Hak Ketuhanan Raja", dimana mereka memiliki hak untuk memerintah dan warganya wajib mentaati. Luther menyebutkan bahwa sifat hak tersebut adalah sakral dan merupakan lembaga politik suci. Pemikiran inilah yang kemudian akan menumbuhkan benih-benih absolutisme baru (Royal Absolutism), dan berdampak serius pada praktik dan pemikiran politik Barat dikemudian hari. Selain Martin Luther, ada tokoh penting Reformasi Gereja di Eropa yaitu John Calvin dan Loyola. Konsep Reformasi Luther diterima dengan baik oleh teolog Prancis, John Calvin. Calvinlah yang berperan besar dalam penyebaran Reformasi Gereja diluar Jerman dan Skandinavia

Sumber : Laode, Mukmin. 2017. Reformasi Gereja. BauBau.

Kamis, 09 Agustus 2018

The Dark Ages


Periode Abad Pertengahan oleh para ahli sering dikonotasikan sebagai “Zaman Kegelapan Eropa”. Abad Pertengahan adalah sebutan bagi sebuah periode sejarah yang terjadi di kawasan Eropa Barat, kecuali wilayah Andalusia (Spanyol) yang masih berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah. Secara garis besar periode Abad Pertengahan dimulai ketika wilayah bekas kekuasaan Kerajaan Romawi Barat mulai bersatu pada abad ke-5 M, hingga dimulainya era Renaisans yang ditandai dengan dimulainya penjelajahan samudera, kebangkitan ilmu pengetahuan, dan kembalinya humanisme. Istilah Zaman Kegelapan muncul setelah perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan di kawasan Eropa mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran akibat dari kuatnya posisi gereja di segala bidang kehidupan masyarakat Eropa saat itu.

Tidak ada satupun masyarakat yang diperbolehkan menyebarkan pengaruhnya melebihi pengaruh gereja. Oleh karenanya pada masa ini tidak banyak menghasilkan tokoh-tokoh berpengaruh, terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan modern. Abad Pertengahan juga sering diartikan sebagai periode kekuasaan agama, karena agama sangat mendominasi kepentingan masyarakat Eropa. Segala hal yang tidak berhubungan dengan agama dianggap melanggar hukum. Hal itu semakin menghambat perkembangan ilmu pengetahuan empiris dan teori-teori baru. Masyarakat hanya mengandalkan teori lama yang diperbolehkan oleh gereja. Bahkan tidak sedikit hasil-hasil pengetahuan yang dianggap sebagai sihir dan akan menyesatkan jiwa manusia oleh gereja.

Pada masa itu, orang-orang Eropa tidak memiliki visi yang jelas untuk membangun peradaban mereka. Semua orang, tanpa terkecuali, dituntut untuk selalu berpegang pada dogma-dogma gereja, dan terdapat larangan untuk bertanya mengenai berbagai hal. Jika pihak gereja tidak mampu untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat, maka orang yang bertanya akan dianggap sesat dan akan disingkirkan. Segala tindakan gereja akan didukung oleh raja yang berkuasa, sehingga kedudukan gereja dapat disetarakan atau bahkan lebih tinggi dari pemerintahan istana. Zaman Kegelapan Eropa ini diperparah dengan tingkat intelektualitas masyarakat yang kian menurun. Tidak ada satu pun kaum terpelajar yang ingin meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat karena mereka sangat takut akan larangan dari pihak gereja.

Mereka banyak yang melakukan penyebaran ilmu pengetahuan secara sembunyi-sembunyi untuk kalangan tertentu saja. Periode “kebodohan” masyarakat Eropa ini bahkan sampai menyentuh pada hal-hal yang bersifat ilmiah, seperti ketika muncul sebuah wabah penyakit baru, maka masyarakat akan menganggap hal itu sebagai ancaman sihir dan harus ada pengorbanan untuk menghentikannya, baik itu mengorbankan nyawa manusia ataupun yang lainnya. Pada masa ini segala bentuk kebijakan pemerintah untuk urusan kenegaraan tidak diputuskan berdasarkan demokrasi parlemen, tetapi kebijakan negara akan diputuskan melalui rekomendasi dewan gereja. Sehingga mereka yang memiliki kedudukan di dalam gereja menjadi sangat makmur secara ekonomi. Tidak seperti masyarakat biasa yang sangat kesulitan untuk bertahan hidup. Zaman Kegelapan Eropa menjadi sebuah kecacatan dalam peradaban Eropa, di saat peradaban Islam sangat maju di bawah Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.

Sumber : Alvarendra. 2017. Sejarah Dunia. Yogyakarta: Brilliant Book