BAB 1 : PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Di Asia Tenggara kita mengenal sebuah kawasan dengan
sebutan Indo-China. Kawasan ini terdiri atas 3 Negara yaitu Laos, Kamboja, dan
Vietnam. Ketiganya memiliki sejarah yang khas dalam perkembangannya yang turut mempengaruhi
daerah sekitarnya. Sebagai
sebuah Negara, kawasan Indocina, merupakan jajahan Perancis. Namun setelah
merdeka negara tersebut terpecah menjadi tiga Negara yaitu Vietnam, Laos, dan
Kamboja. ini merupakan hal yang menarik. Bila dibandingkan dengan Indonesia,
Indonesia adalah negara kepulauan yang terpisahkan oleh lautan. Ada sesuatu
yang berbeda disini Indocina yang memiliki kebudayaan dan daratan yang sama
terpecah menjadi tiga negara, sementara Indonesia yang memiliki kebuayaan yang
berbeda disetiap daerahnya, bisa bersatu menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Vietnam
merupakan sebuah negara dengan perjalanan sejarah yang panjang, pertarungan dua
ideologi di utara dan selatannya negeri tersebut. Mengingatkan kita bahwa
negara itu adalah salah atukrban dari perang dingin yang bekembang setaelah
perang dunia kedua. Dengan
mengkaji Vietnam, kita bisa menarik hikmah yang terkandung. Bagaimana sebuah
negara kecil yang juga memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh
Jepang yang menyerah kepada sekutu.bagaimana perbedaaan paham ideology Vietnam
utara dan selatan, bagaimana mereka dapat mengalahkan Negara Adidaya seperti
Amerika Serikat. Perjuangan
pergerakan kemerdekaaan Vietnam dari Perancis.
BAB
2: PEMBAHASAN
1) Jatuhnya Indo-China ke
Perancis
Pada Awalnya Raja Tu Due (1847-1883) yang berkuasa
di Vietnam menindas kaum Katholik dan mencoba untuk menutup Indo-Cina dari
Perancis dan bangsa asing lainnya. Hal ini dilakukan karena perang candu yang
terjadi di Cina (Cina vs Inggris) menunjukkan ketidakmampuan Cina menghadapi
bangsa asing yang mengobrakabrik negeri tersebut. Tue Due berusaha agar hal ini
tidak terjadi di Indo-Cina. Perancis
menanggapi sikap Tue Due ini dengan melakukan serangan ke Cochin-China (1858),
dengan alasana untuk melindungi warga negaranya. Walau pasukan Vietnam berhasil
dikalahkan namun, kota Hue (ibu kota Vietnam) gagal untuk dikuasaai. Guna
mengakhiri perang yang berlangsung selama 4 tahun tersebut maka pada 1862
terjadilah perjanjian Saigon. Hal-hal yang disetujui dalam perjanjian tersebut,
yaitu:
(1)
Bagian timur Cochin-China menjadi milik Perancis.
(2)
Pelabuhan Tourame, Balat, Kuang An di buka untuk Perancis.
(3)
Kebebasan beragama katholik.
Isi perjanjian tersebut jelas merugikan Vietnam, dan
menguntungkan Perancis untuk melakukan penetrasi kolonial dan imperialisme di
kawasan Indo-China. Padan
1870-1871 Perancis kehilangan kekuatannya akibat Revolusi Perancis (dimana
pemerintahan monarki diganti dengan Republik). Raja Tu Due tidak menyadari hal
ini, sehingga tidak memanfaatkannya kondisi Perancis yang melemah dalam
menyelenggarakan imperialismenya di Indo-China. Pada tahun 1872-1873 Francis
Garnier seorang Avonturier Perancis menyerbu Tonkin dan menduduki Hanoi. Tindakan
Garnier ini dilakukan tanpa sepengetahuan pemerintah Perancis, tapi dibalik itu
pemerintah Perancis berharap tindakannya Garnier ini berhasil. Sayangnya,
Garnier berhasil dikalahkan oleh pasukan Vietnam dan tewas. Pemerintah Perancis
lalu melakukan penjelasana mengenai pendudukan di Hanoi ini. untuk
menyelesaikan konflik tersebu, maka ditanda tangani perjanjian damai yaitu:
(1)
Hanoi dikembalikan oleh Perancis ke Vietnam.
(2)
Vietnam mengakui chocin-china sebagai milik Perancis.
(3)
Vietnam berjanji akan menyesuaikan politik luar negeri dengan Perancis.
Terlambat bagi Vietnam menyadari kelemahan Perancis
kala itu, Imperialisme Perancis kembali kuat. Melihat kenyataan ini raja Tu Due
memalingkan negerinya ke Tiongkok. Usaha ini dilakukan untuk mengimbangi
Perancis yang mulai bangkit di Eropa. Celakanya, usaha raja Tu Due dianggap
melanggar perjanjian Saigon pada butir ketiga. Akibatnya, Vietnam dan Perancis
terlibat perang (ini disebut dengan perang Indo-cina pertama). Perang ini
berakhir dengan kekalahan Vietnam. Selanjutnya Vietnam menandatangani
perjanjian Huė 1883 yang berisi bahwa Vietnam mengakui berada dibawah naungan
Perancis. Sejak saat itu Vetnam dujajah Perancis dan imbasnya adalah kehilangan
kemerdekaannya. Pada
tahun 1883 raja Tu Due wafat, terjadi perebutan kekuasaan antar putra
mahkota, baru tahun 1887 Vietnam diambil alih oleh Peracis sebagai miliknya.
Tahun 1893 Kamboja direbut Perancis, maka sempurnalah Indocina berada dibawah
kekuasaan Perancis.
2) Indo-China dibawah
Perancis
a) Politik
Dalam usaha melanggengkan kekuasaan Perancis di
Indo-Cina, digunakan sistem politik Asimilasi (bercampurnya kelompok atau
individu yg berlainan kebudayaannya menjadi satu kelompok kebudayaan)
dalam hal in kebudayaan perancis diperlakukan lebih utama dari kebudayaan asli
Indo-cina. Orang-orang Indocina, harus bersikap, berbahasa, dan hidup ala orang
Perancis. Hal ini diharapkan agar bangsa Indocina tergantung terhadap Perancs,
dan Perancis menganggap telah memiliki Indocina selama-lamanya. Namun usaha secara politik
ini gagal, karena perancis tidak yakin akan keberhasilnya dalam menerapkan
politik Asimilasi ini
b) Ekonomi
Eksplotasi segala kekayaan alam untuk kepentingan
Perancis tanpa mengindahkan kepentingan penduduk lokal Indo-cina. Eksplotasi
yang dilakukan secara besar-besaran menyebabkan kelemahan ekonomi, ditunjukkan
dengan gagalnya produksi beras, dan berakhir dengan keruntuhan ekonomi
Indocina.
3) Nasionalisme Indo-China
Pada awalnya pergerakan Nasionalisme di Indo-China
selalu gagal. Itu disebabkan kurangnya koordinasi dan konsoldasi antar
Negara-negara dan tokoh-tokoh Pemimpin di Indo-China. Barulah pada masa Ho Chi
Minh Koordinasi dan konsolidasi untuk menuju persatuan nasional dapat
dilaksanakan, hal-hal yang mampu mendorong munculnya kembali nasionalisme di
Indo-cina adalah:
1. Penindasan
Perancis di Indo-China
2. Timbulnya
kaum pelajar yang memahami Demokrasi.
3. Perang
Jepang-Rusia yang membangkitkan nasionalisme seluruh Asia.
4. Revolusi
nasional di Tiongkok.
5. Para
tentara Indo-China yang dikirim Perancis dalam PD II kembali dan membawa paham
Liberalis.
4) Gerakan Nasionalisme
Vietnam Resoration
League : Didirikan
Cuong De (1907), gerakan ini timbul karena pengaruh kemenangan Jepang terhadap
Rusia pada tahun 1905, dan mengambil Jepang sebagai teladan.
Partai Nasionalis
Indo-China : Partai
ini mencontoh Guo Ming Tang (Tiongkok). Partai ini menimbulkan pemberontakan
antara Vietnam dengan Perancis, pemberontakan ini dapat ditumpas pada tahun
1931.
Partai Komunis
Indo-China : Partai
ini tidak menampakan dirinya sebagai partai komunis tapi selalu menyelundup
dalam gerakan-gerakan nasionalsme. Partai ini didirikan pada 1929 di Hongkong
oleh Nguyen Al Quoc atau yang dikenal dengan nama Ho Chi Minh.
Partai Demokrat
Indo-China : Partai
ini didirikan pada tahun 1944 oleh
mahasiswa yang ingin merdeka dan
pemerintahan yang demokratis. Mereka menyetujui Ho Chi Minh sebagai pemimpin
mereka.
Partai Sosialis
Indo-China : Didirikan
pada 1946, tujuannya untuk mendapat kemerdekaan dan pemerintahan yang sosialis.
Gerakan di Indo-China yang berkobar lebih didorong oleh orang-orang komunis. Ho
Chi Minh dengan semboyannya “my party is
my country, and my program is my independency.”
5) Dampak Perang Dunia II bagi Perjuangan
Bangsa Vietnam
Menyerahnya Perancis pada Jerman (1940) menyebabkan
kondisi pemerintahan Perancis di Indo-China melemah. Ketika Jepang datang, maka
dengan mudah merebut Indo-China dari Perancis. Namun, pada saat itu Perancis
masih memegang kekuasaan atas Indo-china sebagai konsekuensinya Perancis harus
menyiapkan kebutuhan perang Jepang. Namun kondisi ini tak bertahan lama karena
Jepang mengambil alih kekuasaan perancis di indo-china pada 9 maret 1945. lalu
mendirikan kerajaan Vietnam pada 11 maret 1945 dengan Bao Dai sebagai rajanya.
Lalu Norodom Sihanouk sebagai raja Kamboja pada 13 maret 1945. Selanjutnya pada
20 April 1945 Sisavong Vong menjadi raja Laos. Namun usaha Jepang ini tdak
berhasil menarik hati masyarakat indochina yang ingin merdeka dari Perancis. Ho Chi Minh pada tahun
1941 lebih berhasil mempersatukan gerakan-gerakan nasionalisme Indo-China
didalam Liga Kemerdekaan Vietnam, dan mendapat bantuan dari Tiongkok, USA, dan
Perancis . Ho Chi Min menyerbu Tonkin dan menggerilya disana dan sampai
akhirnya Jepang menyerah pada sekutu (14 Agustus 1945).Pada tanggal 2 September
1945, Ho Chi Minh menduduki Hanoi dan memproklamasikan kemerdekaan Indo-China
sebagai Republik Demokratik Vietnam.
6) Perjuangan Kemerdekaan
Vietnam
Dalam konfrensi Postdam (2 Agustus 1945) ditetapkan
bahwa Indo-China sebelah utara garis lintang 16° akan diduduki oleh Tiongkok,
dan sebeah Selatan garis lintang 16° oleh tentara Inggris, untuk melucuti
Jepang dan mengembalikan keamanan dan ketertiban. Tentara pendudukan ini
datang terlambat. Waktu antara Jepang menyerah dan tibanya tentara pendudukan
digunakan sebaik-baiknya oleh Ho Chi Minh dengan melakukan tindakan:
i)
Memproklamirkan kemerdekaan.
ii)
Merebut pemerintahan dari Jepang.
Inggris tidak suka melihat Indo-China mendapat
kemerdekaan karena ini akan memperkuat gerakan kemerdekaan Asia. Inggris ingin
mengembalikan imperealisme Perancis di Indo-China. Maka dengan diam-diam
Inggris membawa tentara Perancis dalam usaha menlucut Jepang. Pada 23 Agustus
1945 tentara Perancis dapat merebut Saigon. Seluruh wilayah Inggris diberikan
kepada Perancis. Adanya persetujuan Chungking pada 28 Pebruari 1946 membuat
Tiongkok keluar dari Vietnam.
7) Perang Kemerdekaan Vietnam
>) Fase Perundingan
Mundurnya pasukan Cina dari wilayah Vetnam membuat
konfontasi berlangsung secara langsung oleh Vietnam (Ho Chi Minh) dengan
Perancis. Menyadari perang tak bisa digunakan, maka Vietnam dan perancis
memilih untuk bedamai dengan menanda tangani perjajian 8 maret. Adapun isi dari
perjanjian tersebut diantaranya:
1. Republik
Demokratik Vietnam (Vietminh) diakui sebagai negara bebas (free state) dalam federasi negara Indo-China yang terdiri dari
Vietminh, Vietnam, Kamboja, Laos.
2. Status cochin-china akan
ditentukan dalam konfrensi
tersendiri apakah Cochin akan masuk Vietminh atau Vietnam.
Cochin-China merupakan wilayah pengahasil beras di
Indo-China, sehingga wilayah ini sangat urgen untuk dikuasai. Secara bahan
pangan, siapa yang menguasai Cochin-China maka dia menggenggam seuruh
Indo-China. Dalam
perundingan yang dilakukan di Dalat dan Fontainebleau Cochin-China berubah
status menjadi negara tersendiri (1 Juni 1946), pada konfrensi yang dilakukan
di Dalat. Perwakilan Vietminh tidak diundang, hal ini menunjukkan pelanggaran
terhadap persetujuan 6 maret. Alhasil fase ini berlanjut denga fase pertempuran.
>) Fase Pertempuran
Fase ini ditandai dengan pengeboman Haipong (daerah
Vietminh) pada 23 nopember 1946. Perperangan berlangsung diseluruh kawasan
Indochina, namun perang berakhir dengan kegagalan. Maka selanjutnya memasuki
dengan melalui fase negara-negara boneka.
>) Fase Negara-Negara Boneka
Tujuan dari pebentukan negara-negara boneka ini
adalah untuk melemahkan Ho Chi Minh denga memasukkan kedalam boneka-boneka yang
dipropoganda Perancis, sehingga menimbul perpecahan diantara mereka. Memperkecil
wilayh kekuasaan Ho Chi Minh, dan sebagai bentuk propoganda Perancis dalam
usaha melepaskan politk imperialisme dan pelaksananaan Atlantk Charter.
Diantara tujuan lainnya, politik devide et empera untuk memecah belah
Indo-China. Negara-negara
boneka buatan perancis diantaranya: Kamboja (7 Januar 1946), Laos (27 Agustus
1946), dan Vietnam (Bao Dai). Diantara
ketiga negara tadi, Vietnam merupakan negara hasil buatan Perancis yang
berhasil dalam usaha melakukn propoganda. Bao Dai adalah raja Vietnam yang pada
tahun 1932 lalu tahun 1945 diangkat kembali menjad raja. Namun dikalanga
kaum terpelajar, Bao Dai tidak diakui. Vietnam yang dipimpin Bao Dai diakui
sebagai negara oleh U.S.A dan Inggris (7 Pebruari 1950). Sementara dilain pihak
Ho Chi Minhdengan Demokratik Vietnam juga diakui oleh R.R.C dan Rusia (31
Januari 1950)
>) Fase Kemenangan Komunis di R.R.C
Perang Kemerdekaan Indo-China berubah sifat dari
kemerekaan menjadi perang China-Rusia versus Amerika. Ini tak lain karena Mao
Tse Dong yang membantu Ho Chi Minh memiliki ideologi yang sama dimana Komunis
harus tercapai lebih dulu setelah melalui Nasionalisme. Gerakan mendukung
nasionalisme ini ditunjukan dengan sikap anti imperialisme dan kolonialisme.
Hal ini mendukung dan memperkuat posisi Vietnam yang mendapatkan dukungan
secara oril dan materil.
8) Perang Besar di Dien Bien Phu dan
Kekalaahan Telak Perancis atas Vietminh
Bantuan-bantuan RRC yg di pimpin oleh Mao Ze Dong
dengan paham komunis terhadap Komunis Vietnam pimpinan Ho Chi Minh berupa
alat-alat militer, pelatihan gerilyawan bagi pasukan Vietnam Utara,dan lain
sebagainya semakin memantapkan posisi Vietnam utara yg berpaham komunis untuk
meruntuhkan kekuasaan Perancis yg tersisa di Vietnam Selatan. Memasuki tahun 1950-an,
Uni Soviet yang dari awal tidak mengindahkkan Vietnam dan perjuangannya, baru
pada tahun 1950 mengakui eksistensi Vietnam. Sedangkan di pihak lain, Perancis
melalui panglima barunya Jenderal Henri Navarre berhasil meyakinkan AS untuk rencana
peningkatan militernya, termasuk pembangunan benteng di Dien Bien Phu. Benteng tersebut
dimaksudkan untuk menangkal infiltrasi pasukan Viet Minh ke Laos yang dikuasai Perancis.
Pasukan payung literjunkan di dataran tersebut dan membangun -bentengan yang
kuat, termasuk dua lapangan terbang kecil serta gugusan pusat pertahanan. Hal
ini mungkin dimaksudkan untuk mempertinggi moril dan semangat tempur sekitar
16.000 prajurit payung Perancis. Jika
Jenderal Navarre berharap
pasukan Viet Minh akan
terperangkap dan dihancurkan di lembah Dien Bien Phu, maka sebaliknya Jenderal Giap melihat perbentengan Perancis itu
harus dibinasakan dan direbut untuk memperoleh momentum yang menentukan dalam
perang Indochina. Karena itu diam-diam Giap mengepung Dien Bien Phu, termasuk
mengerahkan kekuatan artilerinya. Bulan Maret 1954 peluru meriam mulai
menghujani Dien Bien Phu tanpa terduga oleh Perancis. Mereka pun mulai khawatir
tatkala melihat bahwa bantuan pasukan maupun logistik ternyata dapat mencapai
Dien Bien Phu hanya dengan lewat udara. Apalagi ketika Jenderal Giap mulai
merapatkan kepungan untuk selanjutnya mengerahkan pasukannya langsung menyerbu. Pertempuran sengit dan brutal,
sering terjadi satu lawan satu, berkecamuk di Dien Bien Phu. Pasukan Perancis
yang mati-matian bertahan, beberapa kali berhasil memukul mundur serbuan ini.
Namun bak air bah dari bendungan jebol, akhirnya pasukan Viet Minh tak
terbendung dan satu persatu pusat pertahanan Perancis pun mengibarkan bendera
putih setelah pertempuran dengan korban besar di kedua pihak. Sesudah benteng
Elaine jatuh pada 7 Mei, maka tentara Perancis menyerah. Sekitar 11.000
prajuritnya ditawan oleh Vietnam. Kemenangan besar ini diharapkan VietMinh
inipun membuat Prancis kewalahan dan akhirnya membawa Masalah Vietnam ke dalam
Konverensi Jeneva di tahun 1954.
9)
Konferensi Jeneva 1954
Pada tanggal 25 April
1954 dibukalah Konferensi Jenewa yang di hadiri oleh Perancis, Republik
Demokrasi Vietnam, Republik Vietnam, Kamboja, Laos, RRC, Inggris, Rusia,
Amerika Serikat, Korea Utara dan Korea Selatan. Rencana pembahasan adalah Korea
dan Vietnam namun karena kondisi di Vietnam sudah tidak terkontrol lagi maka
pembahasan di fokuskan ke Vietnam. Serangan pasukan Viet Minh betul-betul luar
biasa sehingga membuat tentara Perancis kocar kacir. Pertempuran selama 55 hari
dan 55 malam ini akhirnya kekuatan Perancis yang masih tersisa dihancurkan pada
tanggal 7 Mei 1954. Pertempuran berhenti dengan kemenangan Viet Minh. Dengan kemenangan ini lah dibuka
Konferensi Jeneva dengan hasil kesepakatan:
1. Mengakui kemerdekaan penuh Kamboja,
Laos dan Vietnam.
2. Pembagian Vietnam menjadi dua
(utara dan selatan) dengan batas garis lintang 17 LU.
3. Perancis dan Republik Vietnam
Selatan menarik pasukan yang ada di Utara.
4.
Republik
Demokrasi Vietnam harus pula menarik pasukan dari lintang 17 LU.
5. Republik Demokrasi Vietnam yang
menguasi daerah Utara diakui secara de facto.
6. Dan untuk penyatuan Vietnam akan
diadakan pemilu pada bulan Juli 1956 dibawah pengawasan Komisi Pengawas
Internasional.
Disini untuk Amerika
Serikat dan Vietnam Selatan tidak mau menandatangani Perjanjian di karenakan
keduanya tidak menyetujui point-point dalam Perjanjian Jenewa. Dan tentunya
memiliki pandangan ada tujuan tersendiri untuk Vietnam yang akan datang.
10)
Jatuhnya
Vietnam Selatan oleh Vietnam Utara dan Terjadinya Perang Vietnam
Dengan Diresmikanya isi dari Konvensi Jeneva,
memperlihatkan banyak pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil konvensi
tesebut. Hal ini dibuktikan dengam terbentuknya Front Nasional Pembebasan
Vietnam Selatan (FNPVS) oleh Vietcong yang berbasis komunis Vietnam utara.Pada
awalnya, Front Nasional Pembebasan Vietnam Selatan atau FNPVS ini hanya
melakukan perang-perang gerilya dalam skala kecil untuk menjatuhkan
Pemerintahan Vietnam Selatan yang dipimpin oleh Ngo Dinh Diem yang berpaham
Kapitalis dan didukung oleh Amerika Serikat. Namun selanjutnya cara-cara FNPVS
ini berubah menjadi haluan berbasis politik propaganda adu domba terhadap
pemerintahan Vietnam Selatan. Politik
adu domba inipun dirasa berhasil dan menimbulkan perpecahan politik intern di
dalam kubu pemerintahan Vietnam Selatan sendiri sehingga menimbulkan Kudeta
Militer dan Presiden Vietnam Selatan, Ngo Dinh Diem pun terbunuh. Dengan
terbunuhnya Ngo Dinh Diem, Amerika Serikat pun mulai bergerak dalam
menyelamatkan Vietnam Selatan agar tidak jatuh ke tangan Vietnam Utara dan
menjadi berpaham Komunis. Dengan turun tangannya AS beserta sekutunya inilah
terjadi Perang Vietnam Perang Vietnam, juga
disebut Perang Indochina Kedua,
adalah sebuah perang yang
terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan Liberal.
Dua kubu yang saling berperang adalah Republik
Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara) dengan Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu
dengan Vietnam Selatan dengan jumlah pasukan ± 1.200.000, sedangkan USSR dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang merupakan
negara komunis dengan jumlah pasukan ±520.000. Jumlah korban yang
meninggal diperkirakan adalah 280.000 di pihak Selatan dan 1.000.000 di pihak
Utara. Perang
ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara
lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan
negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan
komunitas Vietnam yang cukup besar. Setalah berakhirnya perang ini, kedua
Vietnam tersebut pun bersatu pada tahun 1976.
11) Perang
Vietnam-Kamboja
Pada tahun-tahun
terakhir menjelang kejatuhan saigon tahun 1975, negara-negara anggota ASEAN
mencemaskan kemungkinan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Asia
Tenggara. Ketegangan terus memuncak mengingat ASEAN adalah negara-negara
Non-Komunis sedangkan negara-negara Indochina adalah negara komunis. Kemenangan
Vietnam pada Perang Vietnam sudah tentu mengkhawatirkan ASEAN ditengah rencana
Amerika Serikat untuk mengurangi kehadiran pasukannya yang selama ini secara
tak langsung melindungi ASEAN dari invasi komunis ke kawasan tersebut.
Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan paling
buruk jika Amerika Serikat meninggalkan Vietnam maka ASEAN senantiasa
menekankan posisinya sebagai negara yang netral dan tidak konfrontasional dan
berharap negara-negara Indochina (Kamboja, Laos, dan Vietnam) akan mengikuti
jalan ASEAN. Akan tetapi harapan ini tidak segera dapat diwujudkan karena
dengan diproklamasikannya Republik Sosialis Vietnam (RSV) tahun 1976, sebagai
konsekuensi dari kekalahan Amerika Serikat atas Vietnam, Vietnam pun tampil
lebih percaya diri karena masih mendapat dukungan Soviet. Bahkan pemerintahan
komunis Vietnam mempropagandakan isu-isu anti ASEAN yang mereka tuduh sebagai
kepanjangan tangan Neokolonialis Amerika Serikat. Kecemasan
ASEAN memang akhirnya terwujud karena pada Desember 1978 Vietnam benar-benar
menginvasi Kamboja, menggulingkan Rezim Pol Pot (yang haus darah), dan
menanamkan pemerintahan Heng Samrin Pro-Vietnam. Denagn dukungan pasukan kuat
Vietnam bertahan menguasai Kamboja, yang diubah menjadi RRK (Republik Rakyat Kamboja).
Sementara tokoh RRK seperti Heng Samrin, Chea Sim, dan Hun Sen sebenarnya
adalah mantan komandan Khmer Merah di kawasan Timur Kamboja. Mereka menentang
keganasan Pol Pot dan melarikan diri ke Vietnam. Disanalah para pemberontak ini
dilatih dan dipersiapkan Vietnam untuk kemudian merebut dan menduduki Kamboja
dengan dukungan pasukan Vietnam. ASEAN
memandang invasi Vietnam ke Kamboja sebagai tindakan pelanggaran
prinsip-prinsip dasar hubungan antar negara. Yakni, Non-Interference dan
Non-Use Force. Invasi Vietnam ke Kamboja menciptakan persoalan serius di
sekitar perbatasan wilayah Thailand-Kamboja. Sisa-sisa pasukan Khmer Merah yang
masih bertahan plus puluhan ribu pengungsi dari Kamboja memenuhi wilayah
tersebut. Konflik bersenjata di kawasan tersebut tidak terhindarkan dan dengan
sendirinya mendorong tumbuhnya instabilitas di Thailand.
Pada
Januari 1979, ASEAN lewat pertemuan para menteri luar negerinya, menentang
perilaku Vietnam dengan mengingatkan esensi Deklarasi Bangkok 1967 sebagai
protes atas tindakan campur tangan yang dilakukan Vietnam terhadap Kamboja.
ASEAN secara resmi menolak mendukung pemerintahan Phnom Penh Pro-Vietnam,
mendukung isolasi Internasional atas Vietnam, mengusahakan penarikan tanpa
syarat pasukan Vietnam dari Kamboja, mencegah penetrasi Vietnam ke Thailand,
mendukung Kamboja yang netral, damai, dan demokratis, serta mendukung
kepemimpinan ASEAN dalam mencari solusi damai dalam konflik Kamboja yang bebas
dari campur tangan luar. Hanoi sebaliknya, menentang sikap
ASEAN dan bersikukuh untuk mempertahankan posisinya di Kamboja. Hanoi
berpendapat bahwa kehadiran pasukannya ke Kamboja untuk menyelamatkan rakyat
Khmer dari Rezim pembasmi manusia dibawah kepemimpinan Pol Pot. Vietnam tidak
mungkin merubah keputusan tersebut dan menolak setiap upaya perundingan
Internasional untuk meninggalkan Kamboja. Hanoi hanya akan meninggalkan Kamboja
jika Hanoi dan Phnom Penh memandang sudah tiba saatnya untuk melakukannya.
Sikap Hanoi tumbuh dari keyakinan yang timbul sejak pasukan Amerika Serikat
harus meninggalkan Vietnam Selatan. Keberhasilan
pasukan Vietnam mengalahkan pasukan Amerika Serikat menjadikan Vietnam tetap
bersikukuh untuk kembali mengulang keberhasilan tersebut. Bagi Hanoi, persoalan
Kamboja merupakan akibat dari ekspansionisme dan hegemoni China. Sekalipun
demikian, baik Phnom Penh maupun Hanoi menegaskan bahwa apa yang berlangsung di
Kamboja tidak lebih dari perang saudara antar rakyat Khmer dengan demikian
bersifat domestik dan tidak memerlukan bantuan eksternal.
BAB
3 PENUTUP
Kesimpulan
Perjuangan bangsa Vietnam sangatlah keras dan hebat
demi terbebasnya mereka dari belenggu Penjajahan Prancis. Tokoh-tokoh
nasionalis-komunis seperti Ho Chi Minh dengan gagah berani dan pantang menyerah
terus memimpin rakyat Vietnam agar dapat Merdeka dari penjajahan bahkan sampai
mereka mampu untuk mengalahkan Negara Adidaya seperti Ameika Serikat. Dengan
mempelajari Sejarah bangsa-bangsa di Asia Tenggara, Khususnya Sejarah
perjuangan Bangsa Vietnam, kita dapat mengambil hikmah dan suri tauladan dari
para pemimpin-pemimpin Vietnam yang pantang Menyerah, Berani, Cerdas, Gigih,
dan lain-lain.
Kritik dan Saran
Mungkin dalam pembuatan makalah yang kami buat banyak
kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis bersedia menerima saran maupun
kritik demi perbaikan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar